Bunyi hujan sore ini membawa kesyahduan menuju ke lamunan terdalam. Aku terbawa suasana, mengingat semua yang telah aku lewati, terutama terkilas balik peristiwa 3 tahun lalu. Peristiwa yang mengharuskan aku, dan ibu terpisah. Sampai saat ini, bahkan entah sampai kapan, aku takkan mungkin melupakannya.
3 tahun lalu, ayah dan ibu memang bertengkar hebat, karena apa, entah. Sampai saat ini aku tidak begitu ingin tahu, alasan yang menurutku klise, mereka terlalu kekanak-kanakan. Hanya masalah kecil saja terkadang terlalu dibesar-besarkan.
"Kamu tau apa soal kami ?? Anak kecil diam saja, ini urusan kami. Kamu lebih baik masuk ke kamar, belajar.", kata ayah saat itu sembari sedikit membentak.
Aku diam, menurut, masuk kamar, lalu menangis. Dan sejak itu, aku lebih memilih diam. Aku hanya anak kecil, lebih baik diam. Seperti terprogram dalam otakku. Tetapi aku tak sepenuhnya diam. Hatiku tetap saja cerewet. Terus memberontak, bertanya ini itu, dan tak pernah berhenti memanjatkan doa pada Tuhan, agar mereka bisa lebih mendengar suara hatiku.
Dan selalu aku ingat, 5 Februari 2010, 3 tahun lalu, aku menemukan sepucuk surat di atas meja belajar. Surat dari ibu. Ibu meninggalkan itu, serta catatan no ponsel baru miliknya. Ibu pergi dari rumah. Aku menangis, hebat. Dan saat itu pula, aku tak menemukan ayah di rumah. Aku sendiri. Benar-benar sendiri. Dan begitu pun dengan ayah, sejak kepergian ibu, bisa dihitung hanya berapa persen kehadirannya di rumah.
"Hal apa yang bisa membuat mereka sampai seperti itu ?? Memilih meninggalkan aku, dan pergi, mungkinkah demi kepentingan mereka masing-masing ?? Ahhh ... aku hanya anak kecil, diam saja. Mungkin mereka lebih tahu. Tapi aku rindu", kataku.
Ingin sekali bisa bercanda kembali seperti dahulu, setidaknya masih bisa kurasakan saat-saat aku berada dalam gendongan ayah, dan selalu dininabobokan oleh ibu. Aku rindu. Rindu kasih sayang mereka, tentu. Rindu bagaimana saat kami masih bisa tertawa bersama, tentu. Rindu pelukan-pelukan hangat mereka, tentu. Rindu sapaan pagi hari yang selalu aku dapat, dulu.
Terkadang kedewasaan seorang yang menganggap dirinya dewasa, justru merugikan. Aku, salah satu contohnya. Entah bagian mana dari diri mereka yang mereka anggap dewasa. Meninggalkanku sendiri ? Apa itu dewasa ? Bertengkar setiap hari ? Apa itu dewasa ? Saling meninggalkan ? Apa itu dewasa ? Menyuruhku diam ? Apa itu dewasa ?
Diam bukan berarti tak berbuat apa-apa, diam tak berarti tak berbicara. Aku terus berusaha berbicara pada Tuhan, agar Dia mau mendinginkan hati kalian, dan kembali bersamaku disini.
Dan lamunanku buyar, saat ponsel di atas mejaku berdering. Girang, tersenyum saat ku lihat siapa yang menelpon. Tertera kata ibu di layar ponsel.
3 tahun lalu, ayah dan ibu memang bertengkar hebat, karena apa, entah. Sampai saat ini aku tidak begitu ingin tahu, alasan yang menurutku klise, mereka terlalu kekanak-kanakan. Hanya masalah kecil saja terkadang terlalu dibesar-besarkan.
"Kamu tau apa soal kami ?? Anak kecil diam saja, ini urusan kami. Kamu lebih baik masuk ke kamar, belajar.", kata ayah saat itu sembari sedikit membentak.
Aku diam, menurut, masuk kamar, lalu menangis. Dan sejak itu, aku lebih memilih diam. Aku hanya anak kecil, lebih baik diam. Seperti terprogram dalam otakku. Tetapi aku tak sepenuhnya diam. Hatiku tetap saja cerewet. Terus memberontak, bertanya ini itu, dan tak pernah berhenti memanjatkan doa pada Tuhan, agar mereka bisa lebih mendengar suara hatiku.
Dan selalu aku ingat, 5 Februari 2010, 3 tahun lalu, aku menemukan sepucuk surat di atas meja belajar. Surat dari ibu. Ibu meninggalkan itu, serta catatan no ponsel baru miliknya. Ibu pergi dari rumah. Aku menangis, hebat. Dan saat itu pula, aku tak menemukan ayah di rumah. Aku sendiri. Benar-benar sendiri. Dan begitu pun dengan ayah, sejak kepergian ibu, bisa dihitung hanya berapa persen kehadirannya di rumah.
"Hal apa yang bisa membuat mereka sampai seperti itu ?? Memilih meninggalkan aku, dan pergi, mungkinkah demi kepentingan mereka masing-masing ?? Ahhh ... aku hanya anak kecil, diam saja. Mungkin mereka lebih tahu. Tapi aku rindu", kataku.
Ingin sekali bisa bercanda kembali seperti dahulu, setidaknya masih bisa kurasakan saat-saat aku berada dalam gendongan ayah, dan selalu dininabobokan oleh ibu. Aku rindu. Rindu kasih sayang mereka, tentu. Rindu bagaimana saat kami masih bisa tertawa bersama, tentu. Rindu pelukan-pelukan hangat mereka, tentu. Rindu sapaan pagi hari yang selalu aku dapat, dulu.
Terkadang kedewasaan seorang yang menganggap dirinya dewasa, justru merugikan. Aku, salah satu contohnya. Entah bagian mana dari diri mereka yang mereka anggap dewasa. Meninggalkanku sendiri ? Apa itu dewasa ? Bertengkar setiap hari ? Apa itu dewasa ? Saling meninggalkan ? Apa itu dewasa ? Menyuruhku diam ? Apa itu dewasa ?
Diam bukan berarti tak berbuat apa-apa, diam tak berarti tak berbicara. Aku terus berusaha berbicara pada Tuhan, agar Dia mau mendinginkan hati kalian, dan kembali bersamaku disini.
Dan lamunanku buyar, saat ponsel di atas mejaku berdering. Girang, tersenyum saat ku lihat siapa yang menelpon. Tertera kata ibu di layar ponsel.
Purwokerto, 14 Januari 2013
@D_P_M_
Semalem udah twitt tentang kisah cinta aku dari januari sampai desember, bisa lihat di @D_P_M_ *yaitu sih kalo mau liatnya*
Jadi kisah aku selama 2012 ini tentang 2 orang, yang lain, anggap saja pelengkap *dikata bumbu masak kalee*
Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, itu masih separuh aku #mantan .. ouwwuuoooo
Pas banget sama lagunya akang Ariel No-ah ..
"Dengan laraku, suara hati ini memanggil namamu, karena separuh akuu dirimuuuu"
#uhhukkk
Pertengahan tahun pertama itu galau abisss buuu, di-PHP-in berkali-kali sama dia tapi ya gak nyadar juga akunya :)
Sempet dapet sebutan Miss Galau juga, setttt dahhh =)) Separah itukah akuuuu ??? Dengan tangisan dan curhatan setiap hari, bahkan blog ini sempat jadi tempat curahan kegalauanku. *ngenes*
Juli, mulai deh kenal sama abang. Awal deketnya gimana aku juga gatau, seinget-inget sih dia salah satu cust pas PO jersey centenary ya bang ? Ahh, iya aja deh. Terus asik deh ngobrol lewat bbm, chat fb, sms juga ya, sama nelp ? Tapi dulu deh jujur aja kalo si abang nelp ngangkatnya ogah-ogahan :p Tapi sekarang enggak kokk. hihihihi
Dan paling seru itu Oktober, pas ketemu abang, pertama kali, langsung berantem. Seruuu, awal mulanya dari facebook sama twitter yang masih kebuka di laptop abang, hihihi ... ampunnn bangggg :p Sempet ngancem mau pulang juga ke bekasi, dihhhh, baru juga sehari. Tapi terus akhirnya baikan dan gak akan ngulangin itu lagi deh, janji *janji kelingking yaaa*
Sekitar 5 hari abang disini, bisa main bareng, jalan, makan, nonton, dan semuanya yang bareng-bareng itu asyik. Seru, dan bener-bener menepis semua anggapan aku tentang bagaimana karakter si abang ini. Yang tadinya aku kira nyebelin, gak asyik, dingin, dan sebagainya, ternyata salah. Dia justru bisa buat jatuh cinta. Walaupun diakui sih memang abang itu nyebelin, dan jail pake banget.
Dan sekarang, bersyukur banget karena aku punya si abang. Karena jatuh cinta sama dia ngebuat aku utuh *senyum*
Abang bukan cuma bisa jadi pacar, tapi lebih dari itu. Jadi sahabat, temen, tempat curhat, pembimbing, penasehat, dan lain-lainnya. Dan setiap saat sama dia itu rasanya menyenangkan.
Bisa belajar banyak hal dari dia itu anugrah. Banyak hal yang dia ajarin ke aku, dan semoga ke depannya bakal terus sama abang *wish*.
Je t'aime Querida.
Jadi kisah aku selama 2012 ini tentang 2 orang, yang lain, anggap saja pelengkap *dikata bumbu masak kalee*
Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, itu masih separuh aku #mantan .. ouwwuuoooo
Pas banget sama lagunya akang Ariel No-ah ..
"Dengan laraku, suara hati ini memanggil namamu, karena separuh akuu dirimuuuu"
#uhhukkk
Pertengahan tahun pertama itu galau abisss buuu, di-PHP-in berkali-kali sama dia tapi ya gak nyadar juga akunya :)
Sempet dapet sebutan Miss Galau juga, setttt dahhh =)) Separah itukah akuuuu ??? Dengan tangisan dan curhatan setiap hari, bahkan blog ini sempat jadi tempat curahan kegalauanku. *ngenes*
Juli, mulai deh kenal sama abang. Awal deketnya gimana aku juga gatau, seinget-inget sih dia salah satu cust pas PO jersey centenary ya bang ? Ahh, iya aja deh. Terus asik deh ngobrol lewat bbm, chat fb, sms juga ya, sama nelp ? Tapi dulu deh jujur aja kalo si abang nelp ngangkatnya ogah-ogahan :p Tapi sekarang enggak kokk. hihihihi
Dan paling seru itu Oktober, pas ketemu abang, pertama kali, langsung berantem. Seruuu, awal mulanya dari facebook sama twitter yang masih kebuka di laptop abang, hihihi ... ampunnn bangggg :p Sempet ngancem mau pulang juga ke bekasi, dihhhh, baru juga sehari. Tapi terus akhirnya baikan dan gak akan ngulangin itu lagi deh, janji *janji kelingking yaaa*
![]() |
abang sayang *cium* |
Dan sekarang, bersyukur banget karena aku punya si abang. Karena jatuh cinta sama dia ngebuat aku utuh *senyum*
Abang bukan cuma bisa jadi pacar, tapi lebih dari itu. Jadi sahabat, temen, tempat curhat, pembimbing, penasehat, dan lain-lainnya. Dan setiap saat sama dia itu rasanya menyenangkan.
Bisa belajar banyak hal dari dia itu anugrah. Banyak hal yang dia ajarin ke aku, dan semoga ke depannya bakal terus sama abang *wish*.
Je t'aime Querida.