Pentingnya Kontrol Diri
11/26/2011 07:40:00 AM
Perubahan-perubahan
sosial yang cepat (rapid
sosial change) sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi,
kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi telah mempengaruhi perilaku,
nilai-nilai moral, etika, dan gaya hidup (value
sistem and way of life).
Keberadaan
hawa nafsu disamping memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, juga dapat
melahirkan madlarat (ketidaknyamanan, atau kekacauan dalam kehidupan, baik
personal maupun sosial). Kondisi ini terjadi apabila hawa nafsu tidak
dikendalikan atau dikontrol, karena memang sifat yang melekat pada hawa nafsu
adalah mendorong (memprovokasi) manusia kepada keburukan atau kejahatan (dalam
Psikologi Belajar Agama, 2003).
Menurut
Fachrurozi (dalam Jawa Pos, 2004) kegilaan masyarakat saat ini adalah
personifikasi atas kegilaan yang dialami sebagai implikasi dari modernitas,
bahwa modernitas, disamping melahirkan kemajuan dalam berbagai aspek (teknologi
informasi, ekonomi, politik, sosial, dan budaya), ternyata juga melahirkan
kegilaan atau gangguan kejiwaan. Diharapkan setiap individu mampu mengontrol
diri terhadap setiap perubahan yang terjadi.
Tindakan-tindakan
tidak terkontrol sering dikaitkan dengan remaja,
karena seringkali bentuk perkelahian dilakukan oleh para remaja, sehingga
perkelahian antar remaja sudah menjadi fenomena yang biasa di masyarakat luas
terutama di kota-kota besar, perkelahian ini biasanya dipicu oleh
masalah-masalah yang sepele, seperti bersenggolan di jalan, atau saling pandang
yang ditafsirkan sebagai bentuk menantang, dan biasanya berakhir dengan
perkelahian, perkelahian antar remaja pada awalnya hanya melibatkan dua
individu kemudian berkembang menjadi perkelahian antar kelompok.
Menurut
Lewin (dalam Winarno, 2003) kondisi tersebut dikarenakan dalam kelompok
terdapat sifat interdependen antar anggota dan kondisi seperti itu berpeluang
menjadi konflik SARA, dikarenakan Indonesia terdiri berbagai macam suku, agama,
ras, yang berbeda-beda, sehingga individu akan merasa cemas, tidak aman, dan
mudah tersulut emosi bila kontrol diri individu kurang. Oleh karena itu,
kontrol diri diperlukan untuk mengontrol emosi yamg berasal dari dalam dan luar
individu sebagai bentuk sosialisasi yang wajar.
Menurut
Drever, kontrol diri adalah kontrol atau pengendalian yang dijalankan oleh
individu terhadap perasaan-perasaan, gerakan-gerakan hati, tindakan-tindakan
sendiri, sedangkan Goleman (dalam Sarah, 1998) mengartikan bahwa kontrol diri
sebagai kemampuan untuk menyesuaikan dan mengendalikan dengan pola sesuai
dengan usia. Bander (dalam Sarah, 1998) menyatakan bahwa kontrol diri merupakan
kemampuan individu dalam mengendalikan tindakan yang ditandai dengan kemampuan
dalam merencanakan hidup, maupun frustasi-frustasi dan mampu menahan ledakan
emosi. Masa-masa remaja
ditandai dengan emosi yang mudah meletup atau cenderung untuk tidak dapat
mengkontrol dirinya sendiri, akan tetapi tidak semua remaja mudah tersulut
emosinya atau tidak mampu untuk mengkontrol dirinya, pada remaja tertentu juga
sudah matang dalam artian mampu mengkontrol setiap tindakan yang dilakukannya.
0 komentar
Terima kasih atas komentarnya. :)